Responsive Banner design
Home » » MODEL EVALUASI DISCREPANCY | Evaluasi Dan Supervisi BK

MODEL EVALUASI DISCREPANCY | Evaluasi Dan Supervisi BK



MODEL EVALUASI DISCREPANCY DALAM BIMBINGAN KELOMPOK
Mata kuliah Evaluasi Dan Supervisi BK
Dosen Pengampu : Drs. G. Rohastono Ajie, M.Pd



Penyusun :
Elisa Indriani (15110077)


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Belajar dan Pembelajaran dengan tema Evaluasi Belajar dan Pembelajaran ini dengan tepat waktu.
            Kami mengulas beberapa hal dalam makalah ini yaitu tentang pengertian dan prinsip umum mengenai model Evaluasi Discrepancy dalam Layanan Bimbingan Kelompok.
            Kami selaku penulis menyadari bahwa masih perlu adanya penyempurnaan dalam makalah ini,untuk itu kami mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang bersifat konstruktif dan membangun demi kesempurnaan makalah ini.
            Semoga makalah Belajar dan Pembelajaran dengan tema Evaluasi Belajar dan Pembelajaran ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta khususnya bagi penulis sebagai penambah wawasan dan pengetahuan.


Semarang, 14 April 2018


Penulis



COVER...............................................................................................i
KATA PENGANTAR…………...………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………….....………………….iii
1.      Latar Belakang …………………………..…….......................1
2.      Rumusan Masalah…………....……………………………......2
3.      Tujuan ……………………………………………...................2
1.      Pengertian model Discrepancy…......................................…......4
2.      Tujuan model Discrepancy ………………..……………….......5
3.      Tahap-tahap Evaluasi………………….....…………………......5
4.      Kelebihan an Kekurangan……………......…………………......6
5.      Model Evaluasi dalam Bimbingan Dan Konseling......................7
6.      Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok..................................8
7.      Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok........................................9
8.      Evaluasi  layanan BKP menggunakan model discrepancy...........9
9.      Instrumen layanan bimbingan Kelompok....................................10
1.      Kesimpulan…………………………………………….............12
2.      Saran...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA……….………………………...........................13
            Evaluasi belajar dan pembelajaran sangatlah penting utamanya di dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian peserta didik dalam menempuh mata pelajaran yang telah disajikan. Sehingga untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai, apakah aktivitas yang dilakukan telah berhasil mencapai sasaran, apakah prosedur kerja yang dilakukan sudah tepat, apakah sumber daya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai tujuan, dan apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik, digunakan suatu evaluasi untuk semua hal tersebut. Peran evaluasi merupakan hal yang sangat penting dan keberadaannya tidak dapat tergantikan. Dengan adanya evaluasi seorang pengajar akan mampu melihat perkembangan dari setiap peserta didiknya dan dapat melakukan tindakan lebih lanjut manakala peserta didiknya mengalami kemunduran dalam pencapaian hasil belajar atau peserta didik belum mampu mencapai prestasi yang optimal.
Sehingga untuk dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan benar, seorang pendidik atau guru dipersyaratkan mengetahui berbagai dimensi yang terkait dengan evaluasi. Terutama yang berkaitan dengan hakikat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, jenis-jenis evaluasi dan prosedur evaluasi di dalam pembelajaran. Untuk itu, di dalam makalah ini kami akan mengulas hal-hal penting yang erat kaitannya dengan evaluasi belajar dan pembelajaran. Sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau acuan dalam melakukan proses evaluasi.

Makalah Belajar dan Pembelajaran dengan tema Evaluasi Belajar dan Pembelajaran ini kami susun dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian Model Evaluasi Discrepancy
2.      Apa saja tujuan dari evaluasi?
3.      Apa tujuannya?
4.      Apa yang menjadi kelebihan dan kelemahanya?
5.      Bagaimana penerapan model evaluasi Discrepancy dalam Bimbingan Dan Konseling
6.      Apa pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
7.      Tujuan dari layanan Bimbingan Kelompok
8.      Bagaimana model evaluasi Discrepancy dalam layanan Bimbingan Kelompok
9.      Bagaimana instrumen layanan Bimbingan Kelompok
C.  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Agar pembaca dapat memahami tentang pengertian dan prinsip umum Evaluasi Discrepancy
2.      Agar pembaca dapat mengetahui tentang tujuan-tujuan dari adanya Evaluasi Discrepancy
3.      Agar pembaca dapat mengetahui tentang kelebihan dan kelemahan Evaluasi Discrepancy
4.      Agar penulis mengetahui penerapan model evaluasi Discrepancy dalam Bimbingan Dan Konseling
5.      Agar pembaca dapat mengetahui apa itu layanan Bimbingan Kelompok
6.      Agar pembaca dapat mengetahui tujuan layanan Bimbingan Kelompok
7.      Agar pembaca dapat mengetahui model evaluasi discrepancy dalam layanan Bimbingan Kelompok
8.      Agar pembaca dapat mengetahui instrumen bimbingan kelompok
9.      Agar penulisan ini dapat dijadikan sebagai suatu referensi bagi guru kaitannya dengan  penerapan evaluasi pembelajaran.

















1.      MODEL EVALUASI DISCREPANCY
A.    Pengertian Discrepancy (Kesenjangan)
            Kata discrepancy adalah istilah Bahasa inggris, yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model ini yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya (Madaus,1993:79-99; Kauman,1980:127-128).
Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut
            Menurut Provus evaluasi adalah untuk membangun dan affirmatif, tidak untuk menghakimi. Model Evaluasi Discrepancy/ Pertentangan ( Provus, 1971) adalah suatu model evaluasi program yang menekankan pentingnya pemahaman sistem sebelum evaluasi. Kapan saja kita sedang mencoba untuk mengevaluasi sesuatu, ditekankan bahwa kita harus mempunyai pemahaman tepat dan jelas atas hal yang dievaluasi, untuk menetapkan standar.
Model ini merupakan suatu prosedur problem-solving untuk mengidentifikasi kelemahan (termasuk dalam pemilihan standar) dan untuk mengambil tindakan korektif. Di dalam kasus suatu sistem yang kompleks seperti suatu proyek, obyek evaluasi bisa belum jelas dan sukar untuk dipahami. Klarifikasi obyek evaluasi obyek adalah sangat perlu untuk membuat evaluasi terlaksana.

B.     Tujuan
            Tujuan evaluasi program dengan model discrepancy adalah untuk membantu administrator mengambil sebuah keputusan untuk keberlangsungan program selanjutnya (Dimmitt, 2010, p.45). Penelitian evaluasi program dengan model discrepancy ini difokuskan pada tiga aspek yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program konseling individu di SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian evaluasi program ini adalah kuesioner evaluasi program konseling individu sebagai instrumen utama yang ditunjang oleh pedoman wawancara dan studi dokumentasi.

C.    Langkah – Langkah
            Tahap evaluasi program model discrepancy menggunakan tahap yang dirumuskan oleh McKenna (1981: 12) yang terdiri dari enam tahap. Keenam  tahap tersebut secara komprehensif dijelaskan sebagai berikut: (a) memutuskan program yang akan dievaluasi; (b) menentukan sasaran program (standar) yang menjadi dasar evaluasi; (c) merencanakan evaluasi; (d) melaksanakan rencana evaluasi dan mengumpulkan informasi; (e) menentukan kesenjangan antara sasaran program (standar) dengan pencapaian program; dan (f) merencanakan tindakan selanjutnya.
proses evaluasi pada langkah-langkah dan isi kategori sebagai cara memfasilitasi perbandingan capaian program dengan standar, sementara pada waktu yang sama mengidentifikasi standar untuk digunakan untuk perbandingan di masa depan. Argumentasi Provus, bahwa semua program memiliki daur hidup (life cycle). Karena program terdiri atas langkah-langkah pengembangan, aktivitas evaluasi banyak diartikan adanya integrasi pada masing-masing komponennya.
a.       Dalam definition stage (tahap definisi), staf program mengorganisir a) gambaran tujuan, proses, atau aktivitas dan kemudian b) menggambarkan sumber daya yang diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah dasar dimana evaluasi berkelanjutan tergantung.
b.      alam installation stage (langkah instalasi), desain/ definisi program menjadi standar baku untuk diperbandingkan dengan penilaian operasi awal program. Gagasannya adalah untuk menentukan sama dan sebangun, sudah atau tidaknya program telah diterapkan sebagaimana desainnya.
c.       Dalam product stage (tahap proses), evaluasi ditandai dengan pengumpulan data untuk menjaga keterlaksanaan program. Gagasannya adalah untuk memperhatikan kemajuan kemudian menentukan dampak awal, pengaruh, atau efek.
d.      Dalam product stage (tahap produk), pengumpulan data dan analisa yang membantu ke arah penentuan tingkat capaian sasaran dari outcome. Dalam tahap 4 ini pertanyaannya adalah “Apakah sasaran program telah dicapai?” Harapannya adalah untuk merencanakan follow up jangka panjang pemahaman atas dampak
e.       (optional) tahap cost-benefit menunjukkan peluang untuk membandingkan hasil dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang serupa.

D.    Kelebihan Dan Kelemahan
a.       Kelebihan
·         Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan program dan untuk tindakan korektif ambil untuk menentukan atau memperbaikinya
b.      Kelemahan
·         Kurang sistematis
·         Hanya menekan pada objek sasaran
·         Memberi penekanan pada kesenjangan yang sebenernya merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi
E.     Model Evaluasi Discrepancy dalam Bimbingan dan Konseling
            Program konseling adalah jatung hari program bimbingan dan konseling (Gibson & Mitchell, 2011). Salah satu model evaluasi yang bias digunakan untuk mengevaluasi program konseling adalah evaluasi discrepancy model. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Malcom Provus yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standar yang telah ditentukan dengan penampilan aktual dari pelaksanaan program konseling (Fitzpatrick, Sanders & Worthen, 2004; McKenna, 1981). Provus (dalam Fitzpatrick, Sanders & Worthen, 2004) memandang evaluasi ini sebagai proses yang mencakup (a) kesepakatan tentang standar tertentu; (b) menentukan ada/tidak ada kesenjangan yang muncul antara performansi dan aspek program dengan perangkat standar tertentu; dan (c) menggunakan informasi tersebut sebagai dasar membuat keputusan untuk mengembangkan, melanjutkan, atau menghentikan program tersebut. Standar dan kriteria program konseling dirujuk dari Guidelines for Performance Based Professional School Counselor Evaluation (Missouri Department of Elementary and Secondary Education, 2000). Standar evaluasi program konseling berada pada standar 3 kriteria 5 yang berunyi “konselor sekolah professional mengkonseling siswa secara individual dan kelompok yang teridentifikasi kebutuhan dan masalahnya dan memerlukan bantuan.” Program konseling individu, konselor perlu membuat sebuah program yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program konseling individu (Winkel, 1991).
            Discrepancy model merupakan model evaluasi yang dikembangkan oleh Malcom Provus. Provus mendefinisikan evaluasi sebagai proses dari (1) menentukan standar program; (2) menentukan perbedaan antara kinerja dengan standar; (3) menggunakan ketidaksesuaian sebagai bahan untuk mengubah kinserja atau standar program (Fitzpatrick, Sanders & Worthen, 2004). Panduan untuk mengevaluasi program konseling individu menggunakan standar evaluasi program dari Guidelines for Performance Based Professional School Counselor Evaluation (Missouri Department of Elementary and Secondary Education, 2000). Tujuan dari pelaksanaan evaluasi program konseling ini adalah untuk mengetahui kesenjangan antara performansi program konseling dengan standar yang telah ditentukan.
            Salah satu karakteristik dari bimbingan dan konseling di sekolah adalah bimbingan dan konseling adalah sebuah program. Bimbingan dan konseling adalah sebuah program memiliki makna aktifitas bimbingan dan konseling seharusnya direncanakan dengan baik, terstruktur, dan di implementasikan secara sistematis (Gysbers & Henderson, 2006), termasuk pemrograman terhadap layanan konseling. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa perencanaan program konseling adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk memandu konselor mengimplementasikan program konseling. Kehati-hatian diperlukan dalam menyusun perencanaan program layanan (Gysbers & Henderson, 2006). Ini dimaksudkan agar perencanaan program konseling dapat diterapkan dan dirasakan pengaruhnya oleh siswa. Dalam menyusun progam bimbingan dan konseling yang komprehensif, konselor perlu melakukan need assesment (Gysbers & Henderson, 2006; Lau & Fung, 2008).

F.     Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah, 2006). Pendapat Bennet (1963) dapat diartikan bahwa bimbingan kelompok merujuk pada bagian program individu yang dijalankan oleh sekelompok individu, bukan antara konselor dengan konseli seperti dalam wawancara tatap muka, akan tetapi didalamnya terdapat instruksi seperti melalui permainan informal atau kelompok diskusi yang membahas mengenai masalah pribadi, kesulitan dalam menentukan pendidikan dan kejuruan, penyesuaian individu dan juga masalah hubungan interpersonal siswa. Berdasarkan beberapa definisi bimbingan kelompok yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu strategi dalam bimbingan dan konseling yang diberikan dalam situasi kelompok dalam waktu yang bersamaan dengan bervariasi topik yang dapat dibahas di dalamnya.

G.    Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Romlah (2006) menyatakan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah (a) memberikan kesempatan kepada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial, (b) memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok, (c) mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif daripada kegiatan bimbingan individual, (d) secara tidak langsung membuat pelaksanaan konseling individual lebih efektif karena dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami oleh idividu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan-hambatan emosional melalui kegiatan kelompok sehingga pemahaman terhadap masalah individu lebih mudah.

H.    Evaluasi  layanan BKP menggunakan model discrepancy
Evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan kelompok menggunakan pendekatan evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) yang mencakup:
1.      kesepakatan tentang standar-standar tertentu,
2.      menentukan ada/tidak ada kesenjangan yang muncul antara performansi dan sejumlah aspek program dan perangkat standar untuk performansi
3.      menggunakan informasi tentang kesenjangan dalam memutuskan untuk mengembangkan atau melanjutkan atau menghentikan program keseluruhan ataupun salah satu aspek dari program tersebut.
Evaluasi model kesenjangan memiliki empat tahap utama, yaitu definisi, instalasi, proses, dan hasil. Tahap definisi difokuskan pada penentukan tujuan evaluasi dan prosesnya, menentukan sumber-sumber yang diperlukan, serta menentukan partisipan yang turut serta dalam pelaksanaan evaluasi. Tahap instalasi difokuskan pada pengembangan instrumen evaluasi yang dijadikan sebagai standar pelaksanaan evaluasi. Evaluator menghasilkan perangkat/instrumen yang sesuai untuk mengidentifikasi sejumlah kesenjangan antara yang diharapkan dengan implementasi program yang faktual. Alat tes tersebut dikembangkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dalam evaluasi bimbingan kelompok, dalam hal ini mengadaptasi dari Guidelines for Performance based Professional School Counselor Evaluation (Missouri Department of Elementary and Secondary Education, 2000).

I.       Instrumen Layanan BKP
Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok. Instrumen pertama berupa angket penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Angket tersebut berisi beberapa item pernyataan. Setiap item pernyataan memiliki alternatif jawaban berupa skor yang berskala1-3. Setiap angka memiliki makna seperti pada Tabel 1.
Tabel 1
Skor
Makna
3
Terpenuhi
2
Terpenuhi Sebagian
1
Tidak Terpenuhi

Skor akhir pengisian angket, selanjutnya diakumulasikan dan dimasukkan ke dalam tiga jenis kriteria/kategori seperti pada Tabel 2.
Tabel 2.
Kriteria Hasil pengisian angket evaluasi penyelenggaraan Layanan Bimbingan Kelompok
Rentang
Kriteria
Baik
146-186
Cukup
104-145
Kurang
62-103

Instrumen yang ke dua adalah pedoman wawancara. Pedoman wawancara terdiri atas dua jenis, yakni pedoman wawancara untuk guru BK/konselor dan pedoman wawancara untuk siswa. Pedoman wawancara disusun untuk memperkuat data hasil pengisian angket dan dianalisis secara kualitatif.



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Discrepancy (Kesenjangan)merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnyamerupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya. Dalam pelaksanaa program yang telah dibuat oleh guru BK,hal tersebut sangat riskan terjadi. Oleh karena  itu diatas sudah dijabarkan bawasannya apa itu pengertian, tujuan, dan lain sebagainya mengenai Discrepancy.
B.     Saran
            Sebagai Guru BK atau Konselor yang profesional kita sebaiknya menggunakan berbagai jenis layanan yang dilakukan secara berkolaborasi dan seimbang, agar lebih tercapai hasil yang maksimal. Jika kita ingin menggunakan layanan BKP alangkah baiknya kita dapat mengetahui langkah-langkah yang sudah ditentukan.
           



DAFTAR PUSTAKA
Bennet, Margarret E. (1963). Guidance and Counseling In Groups. USA:   Mc Graw-Hill Book    Company, Inc
Dimmitt, C. 2010. Evaluation In School Counseling: Current Practices and             Future Possibilities. CounselingOutcome Research and     Evaluation, 1 (1): 44-56.
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., & Worthen, B. R. 2004. Program Evaluation: Alternative Approaches and Practical Guidelines.   Boston: Pearson.
Gibson, R. L. & Mitchell, M. H. 2010. Bimbingan dan Konseling. Alih       bahasa: Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gysbers, C. N. & Henderson, P. 2006. Developing & Managing Your         School Guidance and Counseling Program. American Counseling         Association: Alexandria.
McKenna, C. 1981. Making Evaluation Manageable. Journal of Extention, 1-14.
Missouri Department of Elementary and Secondary Education. 2000.         Guidelines for Performancebased Professional School Counselor           Evaluation. Jefferson City, MO: Author.
Nanda, Wahyu Eka Saputra. 2016. Jurnal BK “Evaluasi program    konseling         individu di smp laboratorium universitas negeri          malang dengan model discrepancy”. Malang : BK UAD.     Vol. 2.             No. 1. Hal 1-10.
Putro, Eko, dkk. 2009 “Evaluasi Program BK (Panduan Praktis Bagi        Pendidik dan Calon Pendidik”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Romlah, Tatiek. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan kelompok. Malang:   FakultasIlmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Suharsimi dkk. 2004. “Evaluasi Program Pendidikan(Pedoman Teoritis     Praktis Bagi Praktisi Pendidikan)”.  Jakarta : PT Bumi Aksara.
Suharsimi, dkk. 2008 “Evaluasi Program Pendidikan(Pedoman Teoritis     Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan)”.  Jakarta : PT    Bumi Aksara.
Winkel, W. S. 1991. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasiondo.



0 comments:

Post a Comment

KONSELOR INDONESIA. Powered by Blogger.

Search This Blog

Popular Posts

Pages

Kosong

Kosong