Responsive Banner design
Home » » Makalah EVALUASI BENCHMARKING PROGRAM BIMBINGAN KONSELING BIDANG KARIR TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS UNTUK MEMILIH EKSTRAKURIKULER DI SMA

Makalah EVALUASI BENCHMARKING PROGRAM BIMBINGAN KONSELING BIDANG KARIR TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS UNTUK MEMILIH EKSTRAKURIKULER DI SMA



MAKALAH TUGAS MATA KULIAH EVALUASI DAN SUPERVISI
BIMBINGAN DAN KONSELING

“EVALUASI BENCHMARKING PROGRAM BIMBINGAN KONSELING BIDANG KARIR TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS UNTUK MEMILIH EKSTRAKURIKULER DI SMA

DosenPengampu:
Drs. G. RohastonoAjie, M. Pd


DisusunOleh:
Ayu Sulistiyawati (15110056)
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN AJARAN 2018

KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Supervisi dan Evaluasi Supervisi Bimbingan dan Konseling”. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada bapak Drs. G. Rohastono Ajie, M.Pd selaku dosen sekaligus pembimbing mata kuliah “Supervisi dan Evaluasi Bimbingan dan Konseling”.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan-pembuatan makalah yang akan datang.












                                                                                                Semarang, April 2018


Penyusun



PENERAN BECHMARKING PROGRAM BK LAYANAN BKP
 BENCHMARKING PROGRAM BIMBINGAN KONSELING BIDANG KARIR TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK  DENGAN TEKNIK TALKING CHIPS UNTUK MEMILIH EKSTRAKURIKULER DI SMA
I.       LATAR BELAKANG
a.       Benchmarking adalah pendekatan yang secara terus menerus mengukur dan membandingkan produk barang dan jasa, dan proses-proses dan praktik-praktiknya terhadap standar ketat yang ditetapkan oleh para pesaing atau mereka yang dianggap unggul dalam bidang tersebut. Dengan melakukan atau melalui benchmarking, suatu organisasi dapat mengetahui telah seberapa jauh mereka dibandingkan dengan yang terbaik dari sejenisnya. Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan standard dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu,kelompok, organisasi ataupun lembaga. Ada sebagian orang menjelaskan benchmarking sebagai uji standar mutu. Maksudnya adalah menguji atau membandingkan standar mutu yang telah ditetapkan terhadap standar mutu pihak lain, sehingga juga muncul istilah rujuk mutu.
b.      Karier bukan pekerjaan, melainkan serangkaian urutan (sequences) pekerjaan atau okupasi-okupasi pokok utama (major) yang dilaksanakan atau dijabat seseorang sepanjang hidupnya, atau dapat juga dikatakan bahwa karir seseorang terlambang pada urutan (suquences) jabatan-jabatan utama yang ditekuni seseorang selama kehidupannya. Donal E.Super (dalam Dewa K.Sukardi, 1994:17) karir adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja. Sedangkan menurut Munandi (1996:237) karir adalah pengambilan keputusan kerja itu proses developmental dan pengambilan keputusan menyangkut pekerjaan itu suatu proses yang panjang serta pekerjaan itu sendiri berkembang. Dapat disimpulkan karir sebagai suatu rangkaian pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja dan mengambil keputusan menyangkut pekerjaan tersebut merupakan suatu proses yang panjang serta pekerjaan itu sendiri berkembang walaupun dalam pekerjaan yang sama.
c.       Teknik talking chips
Talking chips memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.      PK mengatur anggota kelompok secara melingkar
2.      PK menjelaskan aturan main Round Robin : yaitu PK membagikan kertas kosong kepada seetiap AK, PK akan mengajukan pertanyaan terkait tema, dan setiap AK memberikan ide secara berebut dengan cara mengangkat tangan kemudian PK yang memilih siapa yang paling cepat mengangkat tangan, Anggota yang lain dilarang mendebat , menginterupsi ataupun bertanya, setelah itu bagi yang menjawab dengan tepat PK memberi bintang untuk ditempel di kertas yang sudah dibagikan, bagi AK yang mendapaat paling banyak bintang AK berhak mendapat reward/hadiah dari PK
3.      PK mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik
4.      Ketika seluruh pertanyaan sudah dibahas dan seluruh anggota sudah berpartisipasi maka PK meminta AK untuk menghitung jumlah bintang yang di dapat AK
5.      PK dan Anggota menyimpulkan ide terbaik dari masalah yang diajukan.

II.      TUJUAN SUPERVISI
Untuk meninjau keefektifan pemanfaatan benhmarking  program bimbingan konseling bidang karir terhadap layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Talking Chips untuk memilih ekstrakurikuler di SMA


III.   MANFAAT SUPERVISI
Usaha individual antara dua orang petugas BK / konselor  atau lebih dari sekolah yang sama, ataupun dengan petugas BK / konselor dari sekolah lain dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam tugas mereka secara bersama-sama membutuhkan koordinasi dari supervisor. Banyak usaha sek olah baik dalam satu sekolah maupun antar sekolah yang membutuhkan koordinasi dari supervisor BK.
Masalah-masalah itu antara lain berkaitan dengan kebijaksanaan BK, program BK dan prosedur pelaksanaan layanan BK dan yang pemecahan dan pelaksanaannya akan lebih efektif jika dikerjakan bersama-sama.Didalam masyarakat terdapat masalah-masalah pemuda seperti narkoba, seks bebas, putus sekolah, pengangguran dan sebagainya yang membutuhkan peran koordinasi dari supervisor BK dalam pencegahan dan pelaksanaan program penanggulangannya.


IV.  KAJIAN TEORI
B.     KARIR
1.      Pengertian karir
Karier bukan pekerjaan, melainkan serangkaian urutan (sequences) pekerjaan atau okupasi-okupasi pokok utama (major) yang dilaksanakan atau dijabat seseorang sepanjang hidupnya, atau dapat juga dikatakan bahwa karir seseorang terlambang pada urutan (suquences) jabatan-jabatan utama yang ditekuni seseorang selama kehidupannya. Donal E.Super (dalam Dewa K.Sukardi, 1994:17) karir adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja. Dapat disimpulkan karir sebagai suatu rangkaian pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja dan mengambil keputusan menyangkut pekerjaan tersebut merupakan suatu proses yang panjang serta pekerjaan itu sendiri berkembang walaupun dalam pekerjaan yang sama.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi karir
Faktor-faktor yang mempengaruhi karier meliputi dua faktor yaitu faktor yang bersumber dari diri individu dan faktor yang bersumber dari lingkungan dan orang lain. Kedua faktor ini sangat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung padapemilih   karier.

A. Faktor internal adalah faktor-faktor yang bersumber pada diri individu
                                                                                       Kemampuan Inteligensi
Taraf inteligensi (kecerdasan) yaitu taraf kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi yang di dalamnya berpikir memegang peranan (Winkel, 1991:531). Kemampuan inteligensi yang dimiliki oleh individu memegang peran yang penting sebab kemampuan itelegensi yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam memasuki pekerjaan, jabatan atau karier dan juga sebagai pelengkap dalam mempertimbangkan memasuki suatu jenjang pendidikan tertentu. Adanya suatu perbedaan kecepatan dan kesempurnaan individu dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya, sehingga hal itu memperkuat asumsi bahwa kemampuan inteligensi itu memang ada dan berbeda-beda pada setiap orang, dimana orang yang memiliki taraf inteligensi yang lebih tinggi lebih cepat untuk memecahkan permasalahan yang sama bila dibandingkan dengan orang ynag memiliki taraf inteligensi yang lebih rendah. Kemampuan inteligensi yang dimiliki oleh individu memegang peranan yang penting, sebab kemampuan inteligensi yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam memasuki suatu pekerjaan, jabatan atau karir dan juga sebagai pelengkap dalam mempertimbangkan memasuki suatu jenjang pendidikan tertentu. Tingkat inteligensi yang dimiliki oleh seseorang dalam satu jabatan tetentu dapat dipergunakan sebagai suatu pola acuan dalam merningkatkan promosi jabatannya, apakah mereka itu cocok dipromosikan dalam jabatan professional dan manajerial I, profesional dan manajerial II, skillet, semi skillet, unskilled ataukah tetap berada pada posisi semula kalau ditinjau dari jabatan structural.
Bakat
Rudi Mulyatiningsih (2004:91) bakat merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir.untuk itulah kiranya perlu sedini mumgkin bakat-bakat yang dimiliki seseorang atau anaka-anak disekolah diketahui dalam rangka memberikan bimbingan belajar yang paling sesuai dengan bakat-bakatnya dan lebih lanjut dalam rangka memprediksi bidang kerja, jabatan atau karir para murid setelah menamatkan studinya perlulah kiranya pada setiap siswa disekolah dilaksanakan tes bakat. Kemampuan itu jika diberi kesempatan untuk berkembang melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
Sedangkan menurut Munandir (1992:17) bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat memilki pengaruh dalam karir khususnya dalam kesuaian bakat dengan pilihan jabatan atau karir, individu cendrung memilih jabatan atau karir yang sesuai dengan bakatnya.
Minat
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecendrungan-kecendrungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu (Dewa K.Sukardi, 1994:46). Sedangkan Munandir (1996:146) berpendapat bahwa minat adalah kecendrungan tingkah laku umum seseorang untuk tertarik kepada sekelompok hal tertentu. Minat merupakan daya yang mengarahkan individu untuk memanfaatkan waktu luangnya dalam melaksanakan hal yang paling disenangi untuk dilakukan. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan, jabatan atau karir.
Sikap
Sikap ialah kecendrungan seseorang untuk bertindak atau bertingkah laku (Rudi Mulyatiningsih, 2004:20). Dengan pengertian lain sikap dimiliki individu dalam mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain atau situasi tertentu. Dalam memutuskan pilihan karier individu akan bersikap atau bertindak sesuai dengan keadaan atau situasi yang dihadapinya. Sikap individu berbeda-beda dalam menghadapi situasi sehingga dalam pemilihan karirnya individu akan bereaksi sesuai sikapnya sendiri. Reaksi positif dari individu terhadap suatu pekerjaan, jabatan atau karir merupakan suatu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan untuk mencapai prestasi.
Kepribadian
Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis di dalam individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian-penyesuaian yang Unik terhadap lingkungannya.
Terbentuknya pola kepribadian seseorang dipengarui oleh beberapa faktor yakni faktor bawaan (fisik dan psikis), faktor pengalaman awal dalam keluarga dan faktor pengalaman untuk kehidupan seterusnya. Faktor kepribadian ini memiliki peranan yang berpengaruh bagi seseorang dalam menentukan arah pilihan jabatan.
Nilai
Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Dewa K. Sukardi, 1994:47). Dimana nilai bagi manusia di pergunakan sebagai suatu patokan dalam melaksanakan tindakan. Nilai-nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang dipilihnya, serta berpengaruh terhadap prestasi dalam pekerjaan. Individu yang memiliki nilai moral yang tinggi akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi pula dalam pekerjaannya.
Hobi atau Kegemaran
Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena kegiatan tersebut merupakan kegemarannya atau kesenangannya. Biasanya individu menyesuaikan karier dengan hobinya. Dengan hobi yang dimilikinya seseorang memilih pekerjaan yang sesuai sudah barang tentu berpengaruh terhadap prestasi kerja yang dijabatnya.
Prestasi
Prestasi merupakan perwujudan dari bakat kemampuan (Utami Munandar, 1992:19) prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.
Keterampilan
Keterampilan yang dapat pula diartikan cakap dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Dengan pengertian lain keterampilan ialah penguasaan individu terhadap sesuatu perbuatan.
Penggunaan waktu senggang
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan diwaktu senggang agar mendapatkan kepuasan kerja biasanya dalam melaksanakan kegemaran dan hobi. Misalnya : olahraga, kemping, mendaki gunung, dll.
 Aspirasi dan pengetahuan pendidikan
Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan perwujudan cita-citanya.
Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang pernah dialami dan dilakukan individu akan memicu untuk melakukan perkerjaan itu kembali bila hal itu menarik perhatiannya kembali.
Keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah.
Hal ini seringkali menjadi pemicu invididu untuk tidak melakukan suatu karier karena keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah yang kurang mendukung.
Masalah dan keterbatasan pribadi
Masalah atau problema dari aspek diri sendiri selalu ada kecendrungan yang bertentangan apabila menghadapi masalah tertentu sehingga merasa tidak senang, benci, khawatir, takut, pasrah dan binggung apa yang harus dikerjakan.
B.
Faktor Eksternal
    Disamping faktor yang ada pada diri individu, faktor luar juga memiliki pola kecendrungan yang berpengaruh terhadap pola jabatan, yaitu:
Orang tua
Dukungan positif dari orang tua sangat membantu dalam memilih karir yang diinginkan. Sebaliknya sebuah pemaksaan akan berakibat buruk bagi pemilihan karir dan jabatan.
 Masyarakat
Winkel (1991:536) masyarakat merupakan lingkaran sosial budaya dimana orang muda dibesarkan. Individu yang berada di lingkungan masyarakt tidak lepas dari pandangan-pandangan mereka, termasuk juga dalam pemilihan karier individu akan jabatan yang dipandang masyarakat baik.
Sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga berpengaruh pada pemilihan karir mengingat persyaratan memasuki jabatan memerlukan tingkat pendidikan tertentu dan tingkat pendidikan sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi keluarga.
Pergaulan
Teori John L. Holland menyatakan pemilihan pekerjaan atau jabatan adalah hasil dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peran yang penting.
Keadaan sosial ekonomi dan budaya
Menurut Winkel (1991:536) keadaan sosial ekonomi negara atau daerah yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi tinggi, tengah dan rendah yang terbuka atau tertutup bagi anggota kelompok lain.
A.    LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROUND ROBIN
1.      Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Prayitno (1995: 61) bahwa “Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”.
Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa : Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah membentuk konsep diri positif.
2.      Tujuan Bimbingan Kelompok
Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan layanan kelompok yang diselenggarakan.
Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya  sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan Bimbingan Kelompok hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara dan dinamikan melalui berbagai masukan dan tanggapan baru. Selain bertujuan sebagimana Bimbingan Kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien denagn memanfaatkan dinamika kelompok.
2. Tujuan Khusus
Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan.
3.      Teknik talking chips
Talking chips memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.      PK mengatur anggota kelompok secara melingkar
2.      PK menjelaskan aturan main Round Robin : yaitu PK membagikan kertas kosong kepada seetiap AK, PK akan mengajukan pertanyaan terkait tema, dan setiap AK memberikan ide secara berebut dengan cara mengangkat tangan kemudian PK yang memilih siapa yang paling cepat mengangkat tangan, Anggota yang lain dilarang mendebat , menginterupsi ataupun bertanya, setelah itu bagi yang menjawab dengan tepat PK memberi bintang untuk ditempel di kertas yang sudah dibagikan, bagi AK yang mendapaat paling banyak bintang AK berhak mendapat reward/hadiah dari PK
3.      PK mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik
4.      Ketika seluruh pertanyaan sudah dibahas dan seluruh anggota sudah berpartisipasi maka PK meminta AK untuk menghitung jumlah bintang yang di dapat AK
5.      PK dan Anggota menyimpulkan ide terbaik dari masalah yang diajukan.

















B.     INSTRUMEN SUPERVISI BKP TEKNIK TALKING CHIPS
No
Penyataan
Ya
Tidak
1
Guru BK dapat menunjukan perencanaan layanan teknik talking chips, sesuai dengan landasan dan prinsip-prinsip pendidikan serta pembelajaran yang aktif, kreatif, mandiri dan berpusat pada peserta didik.


2
Guru BK berpenampilan rapi dan bersih.


3
Guru BK merencanakan layanan teknik talking chips dengan menyertakan pihak-pihak terkait.


4.
Guru BK dapat menunjukkan perencanaan layanan BK, sesuai dengan kebutuhan peserta didik.


5
Guru BK dapat menunjukkan perencanaan layanan BK, sesuai dengan usia, tahap perkembangan dan kebutuhan peserta didik.


6
Memiliki instrument pelaksanaan BK, lengkap berbasis ICT.


7
Mampu menyusus program Bimbingan dan Konseling
1.      Program tahunan
2.      Program layanan semesteran
3.      Program layanan klasikal/kelompok
4.      Agenda kegiatan


8
Memiliki evaluasi program


9
Memiliki analisis program


10
Memiliki tindak lanjut program


                                                                 


























                                                DAFTAR PUSTAKA        

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling (l.1-L.9). Padang: Universitas Negeri Padang.

Prof. DR. A. Muhammad Yusuf. 2002. Kiat Sukses Dalam Karier. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sukardi, Dewa Ketut. 1994. Bimbingan Karier di Dsekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mohamad Thayeb Manrihu. 1992. Pengantar Bimbingan Konseling Karir. Jakarta : Bumi Aksara

0 comments:

Post a Comment

KONSELOR INDONESIA. Powered by Blogger.

Search This Blog

Popular Posts

Pages

Kosong

Kosong